Performa cemerlang seorang Mario Balotelli tidak berhenti hanya sampai disitu saja karena pemain sepakbola yang pernah memperkuat Liverpool, Manchester City, AC Milan, Inter Milan, dan sekarang mengenakan seragam Nice tersebut juga mampu terus menerus menggetarkan jala gawang berita bola dunia ketika ia membela negaranya, tim nasional Italia maupun klub yang saat itu masih dibela olehnya, AC Milan setelah ia didepak oleh pihak Manchester City akibat kelakuannya yang sering berbuat onar baik di dalam maupun di luar lapangan hijau ketika tidak sedang mengolah si kulit bundar bisa mengubah hasil akhir.
Mario Balotelli menyelesaikan babak kualifikasi piala dunia FIFA tahun dua ribu empat belas kala itu sebagai top skorer alias pencetak gol terbanyak bagi Italia dengan total gelontoran lima buah gol yang telah ia sarangkan ke dalam gawang seluruh lawannya. Hal ini membuktikan betapa tajamnya penyerang berita bola bernomor punggung sembilan di tim nasional dan Nice, serta empat puluh lima ketika ia masih membela Liverpool, AC Milan, Manchester City, dan Inter Milan tersebut walaupun tingkah lakunya yang bengal itu masih belum bisa diperbaiki secara sepenuhnya dan sering mendapat kartu merah.
Pada partai pamungkas piala Eropa tahun dua ribu dua belas tersebut, Italia harus bertekuk lutut dan dibuat malu oleh Spanyol yang menghancurkan mereka tanpa ampun dengan skor akhir empat gol tanpa balas. Spanyol sendiri akhirnya mampu menjadi negara pertama yang berhasil memenangkan piala tersebut secara beruntun setelah sebelumnya tidak ada yang mampu melakukannya sepanjang sejarah. Di lain sisi, Italia harus pulang ke rumah mereka dengan kepala tertunduk lesu setelah selain gagal menjadi kampiun tapi juga harus dipermalukan dengan skor akhir sebesar itu berdasarkan asal tidak tahu.
Kemudian setelah membuktikan dirinya sendiri sebagai seorang penyerang tajam mematikan yang patut ditakuti oleh lawan - lawannya di atas lapangan hijau kala ia mengolah si kulit bundar, Mario Balotell itetap menjadi pilihan utama pelatih tim nasional Italia pada posis penyerang untuk kompetisi besar selanjutnya, yakni babak kualifikasi piala dunia tahun dua ribu empat belas. Cesare Prandelli akhirnya menaruh kepercayaan terhadap anak asuhnya tersebut setelah menyaksikan betapa hebat dirinya kala melawan Jerman walau harus takluk di tangan Spanyol di partai final.
Atas kemenangan tersebut, Italia berhak melangkan ke babak semifinal piala konfederasi tahun dua ribu tiga belas dan ini adalah pencapaian terbaik mereka sepanjang sejarah di pergelaran piala yang satu ini. Memang tidak mudah untuk bisa masuk bermain di piala konfederasi karena sebuah tim harus berhasil memenangkan atua menjadi peringkat kedua pada pergelaran turnamen sepakbola regional tertinggi masing - masing maupun kejuaraan berita sepak bola indonesia, dimana kala itu Italia berhasil menjadi runner up setelah dikalahkan oleh Spanyol dengan skor memalukan, empat nol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar