Minggu, 12 November 2017

Mentalitas Juara Yang Tinggi

Gianluigi Buffon sendiri terpilih mendapatkan penghargaan man of the match alias pemain sepakbola terbaik pada laga grup D terakhir piala dunia Brasil dua ribu empat belas antara Italia kontra Uruguay karena aksinya yang sangat menawan menggagalkan berbagai macam tendangan dari lawan. Namun aksi Gianluigi Buffon mendapatkan penghargaan seorang tidak berhasil memenangkan Italia karena mereka harus menempati urutan ketiga klasemen serta tersingkir dari pergelaran berita bola dunia itu lebih awal untuk kedua kalinya secara beruntun setelah menjadi juara pada tahun dua ribu enam silam.

Dikarenakan cedera mata kaki yang menyerang Gianluigi Buffon sewaktu sesi latihan, penjaga gawang yang memiliki tinggi badan seratu sembilan puluh satu sentimeter ini tidak diikutsertakan dalam pertandingan berita bola pertama Italia pada pergelaran piala dunia kala itu melawan Inggris tanggal empat belas bulan Juni tahun dua ribu empat belas. Absennya seorang Gianluigi Buffon agaknya menjadi pukulan yang amat telak bagi pertahanan Italia karena kehilangan seorang penjaga gawang terbaik sepanjang masa tentu memiliki pengaruh yang besar apalagi dikejuaraan seperti ini.



Selanjutnya dikarenakan Gianluigi Buffon terserang penyakit demam, maka penjaga gawang yang sekarang sudah berusia tiga puluh sembilan ini harus diistirahatkan dan tidak dimainkan oleh pelatih Antonio Conte pada pertandingan fase grup Italia yang terakhir tanggal dua puluh dua bulan Juni. Sialnya bagi Italia yang entah mungkin terlalu bergantung kepada sosok Gianluigi Buffon, Gli Azzuri harus tunduk dan kalah dari tim yang relatif lemah, Republik Irlandia dengan skor satu kosong. Ketika itu, mistar gawang tim asuhan Antonio Conte tersebut harus dikawal oleh Salvatore Sirigu dengan clean sheet terbanyak.

Pada pertandingan pertama tim nasional Italia dipergelaran piala Eropa tahun dua ribu enam belas tanggal tiga belas bulan Juni, Gianluigi Buffon mampu menciptakan clean sheet alias menjaga gawangnya tetap perawan ketika penjaga gawang yang pernah mengenyam pendidikan olahraga sepakbola dibagian menghalau si kulit bundar di atas lapangan hijau diakademi muda Parma dulu tersebut membawa tim nasional Italia mengalahkan Belgia dengan skor akhir dua kosong. Belgia sendiri kini diisi oleh segudang pemain muda dengan talenta selangit dan bisa dibilang sedang menjalani generasi emas mereka berita sepak bola indonesia.



Namun saat itu Jerman yang berposisi sebagai juara bertahan piala dunia tahun dua ribu empat belas berhasil menunjukkan mentalitas mereka dengan mengalahkan tim nasional Italia serta membuat Gianluigi Buffon harus menunda mimpinya mengangkat trofi piala Eropa karena Italia bertekuk lutut dihadapan tim panser dengan skor enam lima diajang adu pinalti ini. Jerman yang diasuh oleh Joachim Loew sendiri sangat ditakuti oleh tim lain karena walaupun mereka berisikan talenta muda dan prima, tapi disisi lain seluruh punggawanya juga menyimpan mentalitas juara yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar